Satu tahun yang lalu, saat Eva sedang bermain petak umpet dengan temannya dan dia ada dalam posisi sebagai penjaga, tiba-tiba dia didorong temannya yang membuat dadanya terbentur tembok yang ada dihadapannya. Tiga hari kemudian, dadanya terasa sakit dan suaranya menjadi pelan.
Tusani Lubis, ibu dari Eva, mengajaknya ke dokter. Dokter mengatakan bahwa ada pembengkakan pada otot-otot pernafasan di dalam dada Eva akibat benturan yang dialaminya. Hal ini membuat Eva sulit melakukan aktivitas yang berat dan bersuara lantang.
Saat sakit, Eva merasa dadanya tertekan seperti ditusuk pisau. Kalau kelelahan atau lari terlalu lama, maka dadanya langsung terasa sakit. Setiap kali dia bersuara keras, dadanya selalu sakit dan tenggorokannya langsung terasa perih.
Untuk mengurangi rasa sakit pada dadanya, dia harus minum obat.
Suatu kali sewaktu upacara bendera di sekolah, dia bertugas membacakan janji siswa. Tapi suaranya tidak bisa kencang. Guru menyuruhnya agar bersuara lebih kencang. Tapi tiba-tiba suaranya hilang.
Pada suatu hari, seorang hamba Tuhan datang ke rumahnya dan mengajaknya datang ke KPPI. Dia pun datang ke KPPI. Kondisi dadanya masih terasa sangat sakit.
Dalam sesi doa kesembuhan di KPPI, Tuhan Yesus menyembuhkan Eva. Puji Tuhan!
Dia sudah dapat berbicara dengan lantang. Bahkan dapat berteriak, ” Haleluya. Puji Tuhan. Tuhan Yesus baik. Saya sudah sembuh.”
Eva bersyukur sekali atas mujizat yang diterimanya. Dia mau lebih dekat lagi dengan Tuhan, lebih bersyukur lagi dan akan menuruti perintah Tuhan .
Oleh bilur2 Nya kamu telah sembuh (1 Petrus 2: 24b).