Djay Sen adalah seorang ayah dengan dua orang anak. Sehari-hari ia bekerja sebagai pelukis di sebuah Gallery di daerah Gajah Mada Plaza, Jakarta.
Pada tanggal 23 Juni 2003, tiba-tiba kedua matanya terlihat berwarna merah dan penglihatannya menjadi buram. Hal ini berlangsung selama 3 hari. Pada hari ke empat, mata kanannya sudah tidak dapat melihat sama sekali sementara mata kiri juga sulit untuk melihat. Ia menjadi sangat panik dan putus asa.
Dalam kondisi buta semua aktivitasnya harus dibantu istrinya, baik ke kamar mandi maupun makan dan minum. Ia sangat menderita.
Namun ia terus berdoa agar Tuhan mengirimkan hamba-Nya baginya.
Pada suatu hari, seorang tetangga yang bernama ibu Ully, bersaksi tentang mujizat kesembuhan yang dialaminya pada waktu didoakan di KPPI. Istrinya menceritakan kepadanya tentang kondisi matanya yang buta. Mendengar hal tersebut, ibu Ully segera menghubungi seorang Hamba Tuhan yang dikenalnya.
Dua hari kemudian, Hamba Tuhan tersebut datang ke rumah Djay Sen dan mendoakannya. Hamba Tuhan terus menguatkan imannya dan memberitakan bahwa Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan kebutaannya. Iapun diundang ke KPPI. Ia sangat rindu mendapatkan kesembuhan dari Tuhan Yesus.
Pada tanggal 26 Juni 2003, ia menghadiri ke KPPI dalam kondisi buta total pada mata kanan dan mata kiri yang juga buram. Pada saat puji-pujian, ia merasakan sesuatu yang sangat luar biasa di dalam hatinya yang selama ini belum pernah ia rasakan.
Pada saat Firman Tuhan disampaikan, ia mendengar suatu suara dalam hatinya yang berkata bahwa ia harus mengampuni orang-orang yang telah menyakiti hatinya.
Demikian juga saat tiba pada doa kesembuhan. Hamba Tuhan yang mendoakannya bertanya kepadanya apakah ia memiliki sakit hati kepada seseorang dan ia harus mengampuni orang itu.
Tetapi ia mengeraskan hatinya untuk tetap tidak mau mengampuni orang yang ia rasakan sakit hati. Sepulang dari KPPI kondisi matanya tetap buta, belum ada perubahan pada matanya.
Satu minggu setelah KPPI, ia memeriksakan matanya ke dokter. Matanya di USG dan hasil USG menunjukkan, bahwa di belakang lensa mata terdapat gumpalan-gumpalan berisi cairan yang merusak jaringan syaraf matanya. Dokter mengatakan kondisi matanya tidak bisa diobati. Dokter juga menyarankan untuk menjalani operasi, tetapi tidak menjamin bahwa ia dapat melihat kembali. Ia memutuskan untuk tidak dioperasi.
Di rumah ia terus teringat akan perkataan yang ia dapatkan di KPPI bahwa ia harus mengampuni orang-orang yang ia benci. Ia juga semakin rindu untuk berdoa.
Satu minggu kemudian, pada suatu malam, ketika ia memutuskan untuk mengampuni orang yang menyakiti hatinya dan iapun berdoa. Setelah selesai berdoa ia berjalan keluar dari kamar. Ia sangat terkejut karena matanya mulai dapat melihat seberkas cahaya yang terang dan akhirnya semakin terang dan dapat melihat dengan jelas. Ia begitu terheran-heran. Ia segera mencari jam dinding. Pada waktu itu, jam menunjukkan pukul 03.00 subuh. Haleluya …..! Matanya yangg buta sekarang telah dapat melihat kembali.
Ia sangat bersyukur. Tuhan sungguh baik. Dia telah mendengarkan doa-doanya. Ia segera membangunkan istrinya dan menceritakan apa yang terjadi yaitu penglihatannya sudah menjadi normal. Istrinya hampir-hampir tidak percaya.
Sampai dengan hari ini, kesembuhan itu masih terus berlangsung. Ia telah menceritakan mujizat kesembuhan yang ia alami kepada teman-teman, keluarga dan saudara-saudaranya dan juga memutuskan untuk mengikuti HMC (Healing Ministry Course).
Puji Tuhan!