Saya seorang ayah dengan 3 orang anak. Saya bekerja di sebuah pabrik gelas di daerah Cengkareng. Sekitar bulan Mei 2000, saya merasa stress dan kepala saya terasa pusing karena banyak masalah yang saya hadapi. Saya memeriksakan diri ke klinik perusahaan sebanyak 2 kali dalam sebulan. Ternyata saya menderita tekanan darah rendah. Saya diberi obat vitamin B-Complex. Bila minum obat ini saya bisa tidur dan nafsu makan saya bertambah.
Pada tanggal 7 Juni 2000, selesai kerja lembur, saya ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, saya menoleh ke kanan. Tiba-tiba, bagian leher saya berbunyi “kleg….”. Pada saat itu juga seluruh tubuh terasa kaku seperti tidak ada keseimbangan badan, dada terasa sesak, kepala terasa pusing, mata berkunang-kunang dan pandangan menjadi gelap. Saya masih sempat berteriak, “Toloooooooong !” sebelum saya jatuh tersungkur dan dahi saya membentur lantai kamar mandi.
Rekan-rekan sekerja saya segera datang dan membawa saya ke klinik perusahaan untuk mendapatkan pertolongan pertama. Setelah itu, saya diperbolehkan pulang ke rumah. Tetapi 2 jam kemudian saya dibawa lagi ke RS di Tangerang dalam kondisi seluruh tubuh terasa lemas, muka pucat, kepala pusing, tekanan darah turun dan perut terasa nyeri.
Saya sempat dirawat inap di RS tersebut selama 10 hari. Dokter tidak mengetahui penyebab sakit saya walaupun telah dilakukan beberapa jenis pemeriksaan, yaitu : pemeriksaan sensibilitas untuk mengetahui daya rangsang / sensitifitas pada syaraf kulit/otot jika dicubit apakah merasa sakit/nyeri. Pada saat pemeriksaan dilakukan di tangan saya terpasang selang infus dan di hidung saya terpasang masker oksigen. Saya disuruh mengepalkan tangan, lalu saya dicubit. Tetapi saya tidak dapat merasakan apa-apa. Pemeriksaan ke dua yang saya jalani adalah dengan menggunakan alat reflex hammer : Telapak tangan dan telapak kaki saya diketok dengan sebuah palu kayu untuk mengetahui ada stroke atau tidak, ada kelainan gerak atau tidak, masih terasa sakit atau tidak.
Karena peralatan di RS di Tangerang kurang memadai, yaitu tidak ada alat untuk CT Scan dan peralatan lainnya, maka saya dipindahkan ke RS di daerah Salemba dan dirawat inap selama ± 1,5 bulan di RS ini. Berdasarkan hasil rontgen, dokter mengatakan bahwa terjadi penggumpalan darah di otak kecil dan urat syaraf utama saya bergeser dan terjepit (di carvical C2 dan C4). Dokter menyarankan, untuk menyedot penggumpalan darah yang ada di otak kecil dan meluruskan urat syaraf utama di leher bagian belakang dengan memasang pen permanen yang terbuat dari platina.
Pada pertengahan bulan Agustus 2000, saya memutuskan untuk menjalani operasi. Perusahaan dimana saya bekerja mengusulkan agar operasi tersebut dilakukan di sebuah RS di wilayah Jakarta Pusat. Itulah sebabnya, saya dipindahkan dari RS di daerah Salemba ke RS di wilayah Jakarta Pusat. Setelah dioperasi, leher saya tidak dapat digerakkan, terasa kaku. Dokter menganjurkan, agar saya berusaha menggerakkan seluruh badan dan tidak mengikuti rasa kaku itu. Setelah dirawat inap selama ± 1 bulan, saya diizinkan pulang ke rumah. Saya dianjurkan dokter untuk menjalani fisioterapi sebanyak satu kali seminggu.
Pada bulan September 2000, sepulang dari RS saya dikunjungi oleh beberapa orang hamba Tuhan. Mereka mengajak saya untuk datang ke KPPI. Pada tanggal 21 September 2000 saya datang ke KPPI untuk pertama kalinya. Saat itu saya harus digotong dan diletakkan di kursi dalam posisi tidur atau berbaring. Saya tidak memiliki kekuatan sama sekali. Seluruh tubuh saya tidak dapat bergerak. Walaupun saat itu belum terjadi mujizat apapun, saya tetap beriman bahwa Allah pasti dan sanggup menyembuhkan saya.
Secara bertahap, Tuhan mulai memberikan mujizat kesembuhan kepada saya. Pada tanggal 12 Oktober 2000 saya datang lagi ke KPPI untuk ke-2 kalinya. Tetapi saya belum mengalami perubahan apapun. Saya masih dalam keadaan berbaring.
Saya datang ke KPPI pada tanggal 26 Oktober 2000 untuk ke 3 kalinya. Saya belum mengalami perubahan. Namun saya tidak pernah putus asa. Saya terus berharap pada Tuhan.
Pada tanggal 9 November 2000 saya datang ke KPPI untuk ke-4 kalinya. Saya mengalami perubahan yang sungguh-sungguh luar biasa. Saya sudah bisa duduk .
Pada tanggal 23 November 2000, saya datang ke KPPI untuk yang ke-5 kalinya. Tuhan kembali menyatakan kuasaNya dalam diri saya. Saya sudah bisa berjalan dan melompat- lompat.
Pada tanggal 25 Januari 2001, saya datang ke KPPI untuk yang ke-7 kalinya. Mujizat yang amat luar biasa saya alami, yaitu leher saya sudah bisa digerak-gerakkan dan didongakkan ke atas. Haleluya ! Puji Tuhan ! Saya amat terharu dan bersukacita di hadapan Tuhan, karena Dia telah melakukan perkara besar bagi saya.
Sampai dengan hari ini, kesembuhan itu masih terus berlangsung.