Berikut ini adalah kesaksian kesembuhan yang dialami oleh Andika, putra dari Bapak Edy Nur Setiabakti dan Ibu Retno Rini, seperti yang diceritakan kembali oleh Bapak Edy :

Anak saya mempunyai perilaku yang sangat aneh dan sering melakukan kegiatan yang tidak sewajarnya, misalnya dia sering menepuk-nepuk dada, memukul-mukul kepala, bertepuk tangan, melompat-lompat, berlari-lari bahkan terkadang naik ke atas meja. Selain itu bila melihat obyek tertentu dia akan tertawa-tawa sendiri, sedangkan kita tidak mengerti apa yang dia tertawakan.

Kami sering bertanya, “Dika, lucunya dimana ?” Dia hanya terdiam. Setelah itu, ia akan menjawab, “Itu” sambil menunjuk pada obyek tersebut. Begitu saja. Kemudian, ia mulai tertawa-tawa lagi sampai ngakak. Ia sulit sekali konsentrasi atau memusatkan perhatiannya pada pelajaran-pelajaran di sekolah, sehingga nilai setiap mata pelajaran selalu 0, 1 atau 2.

Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dengan berkonsultasi ke beberapa dokter. Mereka memvonis anak saya mempunyai penyakit autis yang tidak dapat disembuhkan.

Pada tanggal 07 Agustus 2004, di Yogyakarta, diselenggarakan KPPI yang merupakan kerjasama antara GPPI Pondok Daud dengan GBI Yogyakarta. Istri saya dan Andika datang ke KPPI. Sebelum Andika didoakan oleh seorang hamba Tuhan yang melayani di KPPI, hamba Tuhan tersebut bertanya kepada istri saya, “Ibu, apakah ibu mempunyai akar pahit pada seseorang ?” Istri saya menjawab, “Ya” Selanjutnya, hamba Tuhan tersebut berkata, “Anak ibu akan sembuh total, jika ibu mau mengampuni orang itu terlebih dahulu.”

Sepulang dari KPPI anak saya mengalami perubahan yang luar biasa. Ia tidak pernah lagi menepuk-nepuk dada, memukul-mukul kepala, melompat-lompat, berlari-lari dan tertawa bila melihat objek tertentu. Hilang sama sekali! Bahkan dia menjadi lebih tanggap terhadap apa yang saya minta. Misalnya pada saat saya mengatakan, “Bapak capek ini, Ka”, secara otomatis dia langsung memijat saya. Bila dipanggil, ia cepat memberi respon. IQ nya juga mulai tumbuh. Ia mulai bisa diajak bicara dan bercerita.

Pada tanggal 04 September 2004, istri saya dan Andika kembali datang ke KPPI yang diadakan di Yogyakarta. Puji Tuhan! Anak saya kembali dijamah Tuhan Yesus. Setelah didoakan di KPPI, anak saya mengalami perkembangan yang luar biasa disekolah. Nilainya yang dulu 0, 1, 2, tapi sekarang nilainya menjadi 8, 9 dan 10. Sekarang saya merasa bangga memiliki Andika. Ia sudah menjadi normal seperti anak-anak lainnya Selain itu jika saya mengajarkan musik kepadanya, maka ia cepat sekali menangkapnya. Saya sendiri terheran-heran. Karena, bagi seorang anak yang menderita autis, mengenal musik adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan.

Melihat mujizat kesembuhan yang terjadi pada Andika, saya memutuskan untuk menyerahkan hidup saya kepada Tuhan. Saya mau melayani Tuhan dan hidup sungguh-sungguh bagi Tuhan.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, kami sekeluarga kembali datang ke KPPI untuk mengucap syukur atas apa yang dikerjakan Tuhan Yesus dalam kehidupan anak saya.

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *