Ibu Matilda : Sembuh dari Kanker Payudara Kiri Selama Hampir 11 Tahun di KPPI 24 Februari 2005
Saya seorang Ibu rumah tangga dengan 3 orang anak. Pada bulan September 1994 awal mula mengalami sakit kanker payudara sebelah kiri. adalah ketika suatu hari saya sedang menyusui anak bungsu saya dan tanpa sengaja dia menggigit payudara saya namun terasa sakit sekali. Ini semua terjadi saat saya berada di kampung halaman saya di Kupang, NTT. Saya tinggal bersama orang tua saya.
Kebetulan ayah saya bekerja sebagai mantri di sebuah Puskesmas dekat rumah. Kemudian beliau memeriksa payudara saya dan ditemukan luka kecil berwarna merah. Sekitar 1 minggu kemudian, sakit yang saya alami bertambah. Rasanya seperti ditusuk-tusuk dan seluruh badan saya juga terasa sakit. Lalu ayah saya memberikan suntikan penghilang rasa sakit. Tapi dari hari ke sehari saya terus merasakan rasa sakit pada payudara saya.
Selama sebulan saya diberikan suntikan setiap hari 1 kali hingga sebanyak 30 kali, Setiap selesai disuntik maka rasa sakitnya mulai hilang. Sekitar 5 bulan kemudian saya harus disuntik kembali.
Sekitar tahun 1996, saya pindah ke Jakarta dan bekerja di sebuah salon kecil dekat rumah. Selama 5 bulan di Jakarta, rasa sakit pada payudara saya kembali muncul, apalagi saat melakukan pekerjaan di salon, seperti menggunting rambut atau melulur. Saya juga tidak dapat melakukan banyak pekerjaan di rumah seperti mencuci. Karena keluhan sakit yang saya rasakan terus menerus muncul maka saya putuskan berobat ke dokter dan dinyatakan bahwa saya menderita sakit kanker payudara. Saya diberi 4 macam obat dan disuntik sama seperti pada waktu di kampung halaman di Kupang, NTT.
Setiap kali minum obat dan disuntik, rasa sakit pada payudara saya hilang. Jika obat habis maka rasa sakit timbul kembali. Lalu saya datang kembali ke dokter yang sama untuk diperiksa serta disuntik lagi. Sekitar 1 bulan lebih saya berobat ke dokter tersebut. Setelah berobat beberapa kali, dokter menyarankan lebih baik saya menjalani operasi agar kankemya diangkat karena bila terus-menerus hanya diobati dengan suntik, maka rasa sakit akan datang terus. Namun saya menolak dengan alasan saya takut dioperasi.
Setelah beberapa bulan berlalu, saya memutuskan untuk pulang kembali ke kampung. Selama sebulan disana, saya terus diobati dengan suntikan setiap hari 1 x oleh ayah saya. Hampir 1,5 tahun, saya melakukan perjalanan bolak-balik Jakarta – Kupang hanya untuk berobat dengan suntikan itu. Karena terlalu banyak biaya yang saya keluarkan untuk pulang pergi Jakarta – Kupang, saya memutuskan untuk kembali berobat di Jakarta saja.
Saya memeriksakan diri ke dokter yang berbeda. Hasil diagnosa sama yaitu bahwa saya menderita sakit kanker payudara. Saya diberi 4 macam obat dan disuntik dengan obat yang sama. Dokter tersebut memberikan saran yang sama pula yaitu harus menjalani operasi. Keputusan saya pun tidak berubah. Saya tetap tidak mau dioperasi. Saya terus saya berpikir biar saja saya diobati dengan suntikan. Hanya sebulan saya berobat ke dokter tersebut karena tidak lama dokter itu pindah praktek. Selama saya sakit saya merasa sangat pusus asa. Yang dapat saya lakukan hanya berdoa dan terus berusaha dengan berobat ke dokter tanpa harus dioperasi.
Pada tahun 2003 saya bertemu dengan teman satu kampung. Kebetulan dia bekerja sebagai bidan dan suaminya adalah anggota BRIMOB. Mereka tinggal tidak jauh dari rumah saya dan mempunyai seorang anak. Teman saya ini sangat baik. Dia begitu prihatin melihat keadaan saya dan dia menolong pengobatan saya dengan memberikan suntikan secara gratis. Hampir 6 bulan saya berobat kepada teman saya.
Suatu kali suami teman saya mengajak saya datang ke sebuah acara kebaktian kesembuhan, yaitu KPPI, yang pernah dia ikuti. Sebelumnya saya memang tidak pernah sempat menerima ajakan beliau karena kesibukan bekerja di salon untuk tujuan mencukupi biaya berobat.
Akhirnya, karena merasa tidak enak dengan teman satu kampung yang telah membantu pengobatan gratis (dia seorang bidan), saya memutuskan untuk berobat ke tempat lain. Beberapa kali saya berobat ke dokter dan bidan yang berbeda-beda dengan disuntik dan diberi obat. Keadaan tersebut dari tahun ke tahun semakin bertambah parah, meskipun banyak uang yang harus dikeluarkan, tapi penyakit saya belum juga kunjung sembuh.
Pada bulan November 2004, rasa sakit pada payudara mencapai puncaknya karena teramat sangat sakit. Bukan hanya rasa sakit seperti ditusuk-tusuk, tetapi luka bekas gigitan mengeluarkan nanah bercampur darah selama 1 minggu dan seluruh badan terasa sakit. Dari sekitar payudara hingga sampai ke bawah pinggang, di atas payudara sampai mendekati leher terlihat ada urat berwarna biru, seperti akar yang menjalar yang berpusat pada puting susu.
Saat itu yang dapat saya lakukan saya hanya berstirahat total. Karena keadaan yang cukup parah saya minta untuk terus disuntik. Untuk menambah biaya operasi dan suntikan maka cukup banyak barang di rumah habis terjual. Tetapi saya tidak tahu apakah saya akan dapat tetap bertahan. Akhirnya saya mulai menyerahkan pengasuhan 3 orang anak saya kepada adik dan keluarga lain yang ada di Kupang. Saya berpikir hidup saya tidak akan lama lagi. Setiap hari suami saya berdoa dan berlutut di samping tempat tidur saya.
Suatu hari pada tanggal 4 Februari 2005, ada 2 orang hamba Tuhan datang ke rumah saya. Mereka mengetahui rumah saya karena bertanya ke tetangga. Pada tanggal 10 Februari 2005 saya datang ke acara KPPI dalam keadaan sakit. Saya didoakan di lantai 2. Tangan saya terasa sakit dan bila bernafas rasanya seperti ditusuk-tusuk dan kepala terasa pusing sekali. Saya datang dengan penuh harapan mendapat kesembuhan dari Tuhan. Saat doa kesembuhan saya didoakan oleh hamba Tuhan. Saya merasa sangat lega dan rasa sakit yang saya alami mulai berkurang. Payudara sebelah kiri saya yang biasanya berwarna merah mulai menghilang dan saya mulai bisa berjalan. Puji Tuhan…!
Pada tanggal 24 Februari 2005 kembali saya datang ke acara KPPI dengan berharap saya pasti disembuhkan. Saat puji-pujian yang berjudul : “Yesus, Yesus, Yesus, Ajaiblah KuasaMu….” dilantunkan, saya merasa ada yang terangkat dari tubuh saya, seperti ada yang terpotong. Saya kaget sekali dan saya langsung menangis. Puji Tuhan! Pada saat Firman Tuhan disampaikan iman saya semakin dibangkitkan bahwa kuasa bilur-bilur Yesus sanggup menyembuhkan sakit saya. Saat doa kesembuhan, saya maju dan didoakan oleh hamba Tuhan. Selesai didoakan saya memeriksa payudara saya yang berwarna hitam merah mulai hilang. Puji Tuhan! Sungguh ajaib Tuhan bagi saya.
Saya sangat bersyukur atas mujizat kesembuhan yang Tuhan berikan bagi saya. Saya telah menyaksikan kesembuhan yang saya alami kepada keluarga, tetangga dan kenalan saya.