Saya adalah seorang dosen di Fakultas Ekonomi di salah satu Universitas di Yogyakarta.
Sekitar awal Juni 2003. saya mulai mengalami sakit pada pinggang saya yang sangat luar biasa. Rasa sakit ini saya alami setiap hari. Saya sungguh amat menderita. Saya sulit bekerja dengan baik. Bahkan, akhirnya saya tidak dapat melakukan kegiatan apapun.Kehidupan saya menjadi tidak normal.
Saya pergi berobat ke sebuah RS di Yogyakarta. Setelah mendengar keluhan saya, dokter menyarankan kepada saya untuk menjalani rontgen. Dari hasil rontgen, diketahui bahwa ada batu di ginjal saya. Dokter memutuskan agar saya dirawat inap. Dokter memberikan obat yang berfungsi untuk menghancurkan batu pada ginjal saya. Tetapi, setelah satu minggu berlalu, obat itu belum berhasil menghancurkan batu pada ginjal saya. Setelah menjalani perawatan selama beberapa waktu, dokter mengizinkan saya pulang ke rumah.
Setelah dua minggu berada di rumah, sakit saya kambuh kembali. Pinggang saya masih terasa sangat sakit. Bahkan, kali ini lebih parah dari sebelumnya. Saya selalu muntah setiap kali makan. Jika saya buang air kecil, maka saya merasakan sakit yang sangat luar biasa. Penderitaan yang saya alami semakin bertambah. Saya benar-benar tidak berdaya.
Oleh karena tak tahan lagi menanggung rasa sakit ini, maka saya memutuskan untuk dirawat inap di RS yang dulu. Setelah dirawat selama satu minggu lebih dan pinggang saya sudah tidak terasa sakit lagi, maka saya diizinkan pulang ke rumah.
satu setengah bulan setelah saya pulang dari RS, sakit pada pinggang saya kambuh lagi. Saya memutuskan untuk berobat ke RS yang lain, karena saya belum mengalami perubahan yang berarti di RS yang pertama. Di sini, saya di rontgen kembali. Dari hasil rontgen, diketahui bahwa ada batu sebesar biji jagung di saluran kencing saya. Menurut penjelasan dokter, letak batu tersebut terlalu ke atas, sehingga jika dipaksa untuk diturunkan, maka saya akan merasakan sakit yang luar biasa. Pemakaian obat untuk menghancurkan batu tersebut membutuhkan waktu yang lama dan karena letak batu yang selalu bergerak,
maka sangat sulit untuk menghancurkannya dengan sinar laser. Jalan satu-satunya untuk mendapatkan kesembuhan hanyalah melalui operasi. Keputusan mau di operasi atau tidak ada di tangan saya. Akhirnya, saya menyetujui usulan dokter tersebut untuk menjalani operasi, karena saya bertekad untuk mengakhiri penyakit yang cukup lama mengganggu hidup saya. Operasi akan dilaksanakan dua hari lagi, yaitu pada hari Sabtu tanggal 4 September 2004 jam 12.00 WIB.
Pada bari Kamis, tanggal 2 September 2004, dua hari sebelum operasi, saya langsung mengirimkan SMS kepada teman-teman gereja saya mengenai rencana saya untuk dioperasi pada tanggal 4 September 2004. Saya minta dukungan doa mereka.
Pada hari Jumat, tanggal 3 September 2004, seorang teman gereja saya datang bersama dengan seorang hamba Tuhan dari GPPI Pondok Daud. Kami berdoa bersama-sama dan berharap agar saya mendapat kesembuhan total dari Tuhan.
Pada hari Sabtu, tanggal 4 September 2004 jam 12.00 WIB, sebelum saya menjalani operasi, dokter melakukan rontgen kembali. Ternyata, batu di saluran kencing saya sudah lenyap sama sekali. Haleluya ! Tuhan sangat ajaib bagi saya.
Pada hari Sabtu, tanggal 4 September 2004 jam 18.00 WIB, istri saya datang ke KPPI yang diselenggarakan oleh GBI Adisucipto – Yogyakarta bekerjasama dengan GPPI Pondok Daud untuk bersaksi dan mengucap syukur, sebab Tuhan Yesus telah melakukan
mujizat kesembuhan yang luar biasa dalam hidup saya. Amin