Nama saya Jeni Mariana Pasaribu, umur saya 34 tahun. Saya dan suami saya telah dikaruniai 3 orang anak. Saya bekerja di salah satu rumah sakit di Medan bagian administrasi.
Pada tanggal 25 Agustus 2010 saya mengalami mual, tidak selera makan, esok harinya tiba-tiba saya terjatuh di rumah sakit tempat saya bekerja. Saya dibawa di IGD untuk dirawat dan diobservasi. Setelah itu saya disuruh pulang. Keesokan harinya saya kembali dibawa ke RS dan saya diopname. Menurut hasil dokter sementara saya mengidap penyakit maag. Keesokan harinya saya pulang dan kembali bekerja di RS.
Saya masih penasaran terhadap penyakit yang saya derita. Kemudian saya melakukan USG sesuai arahan dokter. Ternyata ada batu di empedu sebesar 3 mm. Dokter menganjurkan agar saya dioperasi.
Pada tanggal 30 Agustus 2010 saya masuk rumah sakit dan pada tanggal 31 Agustus 2010 jam 09.00 WIB saya dioperasi. Setelah itu saya harus dibawa ke ruang ICU karena dokter mengatakan bahwa empedu saya sudah infeksi dan bernanah. Jika nanahnya itu ditampung dan ditaruh dalam wadah kecil maka sebanyak setengah mangkuk bakso. Empedu saya juga sudah diangkat. Kemudian saya dibawa ke ruang rawat. Empedu yang diangkat dibawa ke laboratorum untuk dilakukan tes Patologi Anatomy (PA).
Lima hari kemudian hasilnya keluar dan dinyatakan bahwa saya mengidap penyakit kanker empedu ganas. Hati saya sangat sedih mendengarnya. Suami dan keluarga saya juga sangat sedih dan menangis mengetahui saya terkena penyakit kanker. Tetapi saya tetap berusaha kelihatan kuat. Dari luar saya terlihat kuat tapi sebenarnya hati saya amat hancur.
Saya ucapkan dalam doa saya, “Tuhan, itu bukan hasil saya.” Saya masih penasaran dan saya diperiksa kembali oleh dokter. Ternyata memang betul saya terkena kanker ganas. Sesudah dua minggu dirawat di rumah sakit sayapun pulang ke rumah. Selama dua hari di rumah badan saya berubah menjadi kuning. Mata saya juga menjadi kuning, warnanya seperti kunyit. Kemudian saya dibawa ke klinik terdekat. Di sana saya hanya dirawat selama lima jam, lalu dirujuk kembali ke rumah sakit yang ada di Medan Timur. Setelah dua hari saya dirawat di rumah sakit itu bekas operasi empedu saya mengalami kebocoran. Keluar banyak cairan dari empedu saya dan keluar melalui lubang di perut bekas operasi.
Setelah seminggu dirawat di rumah sakit, dokter memeriksa saya kembali dan mengatakan, “Kita akan melihat kembali kondisi Ibu ini. Jika dia bisa bertahan seminggu ini maka itu merupakan mujizat dan itu karena semangat Ibu ini.”
Setelah dua minggu di rumah sakit mata saya kembali berubah menjadi putih tapi keadaan saya sangat memprihatinkan. Saya sulit berbicara, makan pun harus dari selang. Badan dan kuku saya hancur.
Selama dirawat di rumah sakit, banyak keluarga dan rekan kerja saya datang menjenguk saya. Setiap kali mereka melihat kondisi saya, maka banyak diantara mereka mengatakan, “Tidak ada lagi harapan.” Saya dirawat di rumah sakit selama empat bulan.
Di bulan ke sepuluh kondisi saya semakin gawat. Saya mengalami koma, sudah tidak bisa lagi berbicara, bahkan untuk bernafas sudah satu-satu. Dokter angkat tangan dan mengatakan, “Sudah tidak bisa lagi diobati.” Umur saya divonis tinggal satu minggu lagi. Kalau saya bisa bertahan dalam seminggu, itu berarti saya sudah termasuk cukup kuat. Mendengar hal itu, saya menangis dan berdoa.
Selama ini saya rasakan kalau saya berdoa selalu setengah-setengah, sembilan puluh persen percaya kepada Tuhan dan sepuluh persen kepada dokter. Ternyata Tuhan tidak menghendaki saya hanya percaya sembilan puluh persen. Tuhan mau saya seratus persen percaya kepada Dia.
Saya ingat firman Tuhan, “Mintalah maka kamu akan diberi. Berserulah maka engkau akan dijawab.” Maka saya minta kepada Tuhan suatu kesembuhan. Saya berseru kepada Tuhan, “Tuhan saya minta kesembuhan!” Saya juga memperkatakan firman Tuhan. Saya ingat wanita pendarahan 12 tahun yang berkata, “Asal kujamah saja jubahNya maka aku akan sembuh.” Saya menutup mata dan membayangkan Tuhan Yesus turun dari langit, lalu saya pegang jubahNya. Karena Tuhan tidak pernah berubah, dulu, sekarang, dan selamanya. Saya berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku pegang jubahMu, aku pegang jubahMu, dan aku sembuh.”
Keesokan harinya keadaan saya semakin gawat dan langsung dibawa ke ruang ICU. Selama lima hari saya tidak sadarkan diri. Orang menganggap saya sudah mati, tidak ada lagi harapan, karena semua alat sudah dipasang ke dalam tubuh saya. Akhirnya saya sadar dan datanglah hamba Tuhan dari CWS yang juga tim HMC (Healing Ministry Course) untuk mendoakan saya. Saat itu kondisi saya masih lemah dan belum bisa bicara.
Pada tanggal 20 November 2010, datang beberapa hamba Tuhan mendoakan saya dan saya diajak untuk datang ke acara KPPI di gereja. Sebelumnya keluarga saya sempat membicarakan mengenai penguburan saya, akan dikubur di mana nanti jika saya meninggal. Itulah salah satu yang dibicarakan oleh mertua dan paman dari suami saya. Hati saya begitu sedih mendengar mereka membicarakan hal itu. Lalu saya menuliskan di kertas, “Saya masih bernafas.” Mereka juga mengatakan kepada suami saya agar suami saya jangan kawin lagi. Kemudian saya menuliskan, “Saya masih bernafas, jangan bilang kawin. Saya masih bernafas, jangan bilang mau di kubur.”
Ibu saya bilang, “Mate do ho inang?” (bahasa Batak). Kemudian saya menuliskan di kertas, “Ma, saya tidak mati, saya masih bernafas. Saya masih ada harapan untuk hidup.” Melihat kondisi saya, keluarga saya menganggap bahwa saya sudah tidak ada harapan lagi. Tetapi pada saat itu justru saya yang menguatkan keluarga saya.
Tanggal 22 November 2010, saya diajak menghadiri KPPI di gereja saya. Pada saat puji-pujian saya sudah merasakan kuasa Tuhan. Pada saat datang saya belum bisa berdiri ataupun berjalan. Saya datang dengan menggunakan kursi roda, tapi pada saat puji-pujian saya mulai dapat berdiri dan berjalan. Saya sungguh merasakan kuasa Tuhan bekerja dalam diri saya.
Sepulang dari KPPI di gereja CWS Medan, saya kembali pulang ke RS. Saat di rumah sakit saya merasakan kaki saya kembali tidak bisa berjalan. Bahkan keesokan harinya dokter juga sempat mengatakan agar saya pulang ke rumah saja. Memberitahukan kepada suami saya agar saya diberi makanan yang enak-enak di rumah. Suami saya sempat berpikir berarti umur saya tidak lama lagi.
Pada tanggal 27 November 2010 saya dibawa pulang ke rumah. Di rumah keadaan saya tetap sakit dan dari empedu saya terus mengalir cairan. Pada saat itu keuangan keluarga saya juga mengalami krisis. Setiap hari saya menghabiskan uang sebanyak Rp.50.000, hanya untuk membeli kassa dan plester bahkan di tempat saya bekerja saya pun dipecat karena sudah lama saya tidak masuk kerja.
Pada saat kondisi seperti itu saya terus bersyukur kepada Tuhan untuk suami saya karena dia selalu mendukung dan menyayangi saya dalam kasih Tuhan. Walaupun kondisi saya lemah dan wajah saya kurus dan kelihatan sangat tua, suami saya tetap sayang kepada saya. Dia tidak malu dengan keadaan diri saya.
Sekalipun di rumah tidak bisa berjalan dan tubuh saya lemah, saya tetap berdoa dan membaca Alkitab. Saya menangis di hadapan Tuhan dan memohon kepadaNya agar saya diberikan panjang umur.
Pada bulan Januari 2011, dengan iman saya membuang semua obat yang diberikan oleh dokter. Saya berpikir obat ini tidak menyembuhkan saya. Saya hanya mau berdoa dan memegang janji Tuhan melalui firmanNya. Saat itu saya mulai mengalami perubahan. Saya sudah mulai dapat berdiri namun masih haru
s menegang tembok. Namun untuk membuang air kecil harus berdiri dan belum bisa duduk. Luka di bagian perut akibat operasi juga mulai tertutup sedikit.
Awal bulan Februari 2011, saya sudah bisa berdiri dan berjalan ke kamar mandi tanpa memegang tembok. Di pertengahan bulan Februari 2011 saya sudah bisa ke kamar mandi sendiri. Di akhir bulan Pebruari 2011 lubang di perut bekas operasi sudah mulai tertutup tinggal sedikit lagi sebesar lubang jarum dan masih sedikit keluar cairan. Saya sudah bisa berdiri dan duduk sendiri tanpa dibantu orang lain.
Di awal bulan Maret 2011 lubang bekas operasi sudah tertutup rapat dan sudah tidak keluar cairan lagi. Saya sudah bisa berjalan dengan cepat. Di awal bulan April 2011 saya sudah bisa berlari, menggendong anak saya, memasak dan mengepel lantai. Saya sudah disembuhkan secara total.
Puji Tuhan, pada bulan Mei 2011 saya diterima kembali di tempat kerja saya yang lama setelah sebelumnya saya sempat dipecat.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, saya sangat berterima kasih kepada Tuhan atas karunia yang diberikan kepada saya. Saya rindu untuk melayani Tuhan untuk membalas semua kebaikan yang Tuhan sudah berikan kepada saya. Haleluya !!
https://www.youtube.com/watch?v=7UGHY-b6bLA