Sejak dalam kandungan, dokter mengatakan ada masalah dengan pertumbuhan Felicia. Namun dia lahir dalam kondisi normal dan tidak terlihat kelainan pada tubuhnya.
Pada usia 5 bulan Felicia mengalami demam yang cukup tinggi sampai 42°C. Dari hasil cek laboratorium didapatkan bahwa leukositnya 28.000. Seluruh badannya sakit, lemah dan diare. Kondisi ini berlangsung terus menerus sehingga membuat Felicia harus berulang kali dirawat di RS, dimulai dari 1 minggu hingga 3 minggu.
Akibat obat yang harus diminum hampir setiap hari adalah membuat tubuhnya lemah, rambut rontok dan pertumbuhan gigi pun rusak.
Dokter menyarankan untuk CT Scan. Hasil dari CT Scan diketahui bahwa Felicia mengalami Cerebral Palsy. Dokter menjelaskan bahwa fungsi otak Felicia tidak normal, karena volume otak Felicia hanya 70% dibandingkan dengan otak yang normal. Sehingga menyebabkan tumbuh kembangnya akan sangat lambat dan nanti di usia 20 tahun akan seperti anak balita.
CT Scan dilakukan 2 kali di dua RS yang berbeda. Dokter dari kedua RS ini menyampaikan hal yang sama. Dokter menyarankan untuk kembali melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis, namun ibu Felicia tidak mau melakukannya karena berfikir proses yang akan di alami oleh putrinya akan sangat panjang.
Pertumbuhan Felicya memang tidak sama dengan balita pada umumnya. Di usia satu tahun dia tidak aktif dan hanya bisa berbaring, bahkan untuk duduk harus dibantu dan diberikan bantal kiri kanan dan belakang untuk menjadi penyangga tubuhnya. Kalau tidak Felicia bisa jatuh. Badannya kurus dan perutnya buncit. Kotoran yang dikeluarkan juga tidak normal karena efek leukosit dalam tubuh yang tinggi.
Dalam 1 tahun Felicia bisa dirawat di RS sebanyak 8 sampai 9 kali. Setiap kali dirawat maka sedikitnya 7 – 15 hari harus menginap di RS.
Felicia berulang kali menjalani perawatan dan pengobatan di berbagai RS, terhitung ada 6 RS yang berbeda.
Obat-obatan yang diberikan dokter untuk dikonsumsi ada 7 macam di luar vitamin. Fungsi obat tersebut untuk diare, demam, mual dan juga antibiotik. Dan setiap kali harus dipasang infus maka harus masuk kamar operasi di bedah hanya untuk memasukkan jarum infus karena perawat sulit mendapatkan vena
Pada suatu hari di tahun 2013 saat Felicia berusia 6 bulan dan sedang dirawat di salah satu RS di Bekasi maka seorang hamba Tuhan datang dan mendoakan. Hamba Tuhan ini mengundang mereka untuk hadi di KPPI. Sejak saat itulah jika kondisi Felicia cukup kuat dan sedang tidak dirawat di RS sang Ibu selalu membawanya hadir di KPPI untuk didoakan, Dari usia bayi 6 bulan dengan setia Felicia terus didoakan di KPPI. Bahkan sang ibu bersama suster yang merawat bersama-sama mengikuti pelatihan mendoakan orang sakit (HMC) yang diadakan di rumah mereka. Meski tidak banyak perubahan yang kelihatan signifikan atas Felicia, sang ibu tetap dengan setia membawanya ke KPPI.
Ketika Felicya beranjak masuk usia 4 tahun sang ibu memutuskan untuk tidak mau lagi berkonsultasi ke dokter karena merasa sudah lelah ke rumah sakit, terlebih melihat putrinya harus selalu masuk ruang bedah untuk dipasang infus. Akhirnya ia memutuskan tidak memberikan anaknya obat-obatan dari dokter yang mengandung zat kimia, karena membuat Felicia menjadi semakin lemah dan giginya rusak total. Sehingga dia memilih memberikan obat tradisional yang tidak mengandung zat kimia dan percaya saja kepada TUHAN.
Keputusan ini ditentang oleh suaminya karena menguatirkan kesehatan Felicia namun keputusan sang ibu sudah bulat. Dia hanya memberikan obat dokter jika Felicia demam. Yang dilakukan hanya beriman dan membawa Felicia ke KPPI untuk didoakan. Waktu berlalu, Felicia telah dibawa ke KPPI sejak 2013 hingga saat ini tahun 2017.
Perubahan mulai terjadi. Sedikit demi sedikit Felicia mulai bisa duduk, merangkak, mengesot (menarik badan dengan paha untuk bergerak).
Tepat sore menjelang malam pada tanggal 30 April 2017 saat berada di rumah tiba-tiba untuk pertama kalinya Felicia dapat berjalan dituntun oleh tetangganya. Tuhan telah melakukan mujizat. Kakinya semakin kuat berjalan. Sampai hari ini Felicia makin kuat berjalan dan semakin sehat, bahkan dapat berkomunikasi . Terpujilah TUHAN.