Adalah suatu yang menggirangkan hati bila Tuhan hadir di tengah-tengah umat-Nya, demikian dirasakan ketika KPPI yang kedua di tahun ini yang berlangsung pada Kamis, 8 Februari 2018. Walaupun hujan turun begitu derasnya sejak siang hari, namun tidak menyurutkan sukacita umat Tuhan ketika melangkahkan kaki ke Auditorium Gedung Pertemuan Advent.
Adakah yang lebih menyenangkan daripada melangkah ke rumah Tuhan untuk bertemu dengan Tuhan? Demikianlah Pdt. Evan Riduan memimpin jemaat untuk memasuki pelataran Tuhan dengan hati yang bersyukur. Walaupun banyak dari umat Tuhan yang datang dengan berbeban berat, dalam pergumulan, permasalahan, dan sakit penyakit, namun iman mereka dibangkitkan sembari memuji-muji Tuhan.
Sebuah film kesaksian dari seorang anak bernama Kris yang menderita sakit kepala menahun dan kemudian mengalami kesembuhan, ditayangkan yang membawa jemaat untuk terus berharap kepada Tuhan. Setelah itu, Pdt. Michico Sihite memimpin jemaat bersama-sama membaca ayat dari Ratapan 3:21-25, bahwa tak berkesudahan kasih setia TUHAN, dan tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi. Sungguh besar besar kesetian Tuhan bagi umat-Nya. Sekalipun memiliki pergumulan, sekalipun menderita sakit-penyakit, tetapi jemaat diajak untuk tetap berharap dan percaya kepada Tuhan.
Untuk kedua kalinya jemaat menyaksikan film kesaksian kesembuhan yang dialami oleh Ibu Farida Sihotang. Tuhan menyembuhkan ibu Farida dari sakit stroke, yang membuat dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena sakitnya.
Sungguh bagi Tuhan, tidak ada yang mustahil dan Firman Tuhan pun disampaikan oleh Pdt. Jacob Sumbayak tentang Tuhan Yesus yang memberi makan 5000 orang laki-laki (Yohanes 6:1-15).
Alkitab menuliskan bagaimana dengan 5 roti dan 2 ikan dapat memberi makan kira-kira 5000 orang laki-laki, belum terhitung perempuan dan anak-anak. Apabila setiap laki-laki membawa seorang isteri dan 2 orang anak, maka diperkirakan ada 20,000 orang yang hadir pada saat itu. Bagaimana mungkin 5 roti dan 2 ikan dapat memberi makan 20,000 orang sampai kenyang bahkan sisa 12 keranjang? Tetapi, sungguh Tuhan Yesus berkuasa!
Yesus adalah Anak Allah, Raja di sorga, dan Raja yang besar itu mau datang ke muka bumi ini dan menjadi manusia, bahkan mati di kayu salib supaya manusia diselamatkN. Jika kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, itu “tidak salah alamat” sebab Dia adalah Allah yang sanggup memberi makan 20,000 orang, Dia sanggup menyembuhkan segala sakit penyakit, Dia sanggup sebab Dia adalah Anak Allah. Barang siapa percaya kepada Tuhan Yesus tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Namun datanglah kepada Tuhan Yesus untuk pengampunan dosa, bukan hanya untuk mendapatkan kesembuhan.
Setelah Firman Tuhan disampaikan, jemaat diajak untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Demikian juga, bagi setiap orang yang menyaksikan kebaktian ini dengan live streaming, diajak untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Jemaat dituntun untuk berdoa bagi pengampunan dosa dari Tuhan Yesus dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat secara pribadi.
Seusai mengucapkan doa, Susan Sumbayak meminta jemaat yang mengalami masalah pada telinga untuk maju ke depan agar dapat didoakan terlebih dahulu. Serta merta beberapa orang pun maju ke depan. Mereka diminta untuk percaya kepada Tuhan Yesus sebab hanya Tuhan Yesus yang sanggup menyembuhkan. Puji Tuhan, seorang ibu yang didoakan pada telinganya yang sakit, mengalami kesembuhan. Ia dapat mendengar dengan jelas. Begitu juga seorang bapak yang telinganya tidak dapat mendengar dengan jelas, ketika didoakan maka Tuhan menyembuhkannya. Begitu juga dengan beberapa orang lainnya yang mengalami masalah dengan telinganya, juga mengalami kesembuhan dan dapat mendengar dengan jelas. Haleluya!
Kemudian para pendoa diminta untuk maju ke depan disusul oleh jemaat Tuhan yang membutuhkan doa pun ikut maju ke depan. Pdt. Daniel Sumbayak dan Pdt. Judah Pakasi memimpin doa memohon kesembuhan kepada Tuhan Yesus. Semua jemaat diajak berdoa dengan sungguh-sungguh dan berharap kepada pertolongan tangan Tuhan. Banyak jemaat malam itu mengalami jamahan Tuhan dan mujizat kesembuhan.
Pdp. Daniel Parade, Pdt. Michaela Siska, dan Pdt. Simon Wagner bertindak sebagai interviewer. Mereka menyaksikan berbagai kesembuhan jemaat, seperti sembuh dari telinga yang tersumbat, keram pada tangan dan badan, sakit pada kepala dan tangan yang tidak dapat diangkat, sakit cairan yang ada di paru-paru dan sakit lambung, sakit hepatitis B akut, serta syaraf kejepit sejak tahun 2005. Ada pula yang sembuh dari sakit pada mata yang perih dan ada air, juga seorang lainnya yang sakit pada pinggang dan lutut. Seorang ibu juga disembuhkan dari kepalanya yang terasa goyang selama 25 tahun dan ibu ini pun juga disembuhkan dari sakit ginjal, asam urat, dan kolesterol sekaligus.
Selain itu, ada juga seorang bapak yang dating dari Jayapura untuk berobat ke Jakarta oleh karena mata kanannya yang mengalami sakit sejak Maret 2017 akibat digigit serangga. Bapak ini begitu menderita oleh karena rasa sakit yang dialaminya setiap kali ia mengedipkan mata kanannya. Tetapi malam itu, Tuhan Yesus menyembuhkannya secara ajaib.
Seorang anak muda yang telah disembuhkan pada KPPI 25 Januari 2018, sekali lagi menyaksikan kesembuhannya dari sakit “Guillain Barre Sindrom”, sebuah penyakit langka. Anak muda ini telah dapat berjalan dan organ-organ tubuhnya yang semula kaku, sudah dapat digerakkan. Sungguh Tuhan Yesus penyembuh kita.
Kesaksian pun ditutup dengan tiga buah kesaksian kesembuhan dari umat Tuhan yang menyaksikan KPPI melalui live streaming di Bengkulu. Mereka disembuhkan dari telinga yang tidak bisa mendengar, dari sakit pada bagian ketiak dan terasa ngilu serta tangan yang tidak bisa digerakan, serta seorang lagi disembuhkan dari sakit stroke-nya.
Setelah doa kesembuhan selesai, Pdt. Timotius Dewanto memanggil mereka yang mau melayani Tuhan dan mendoakannya untuk dipakai oleh Tuhan. Banyak jiwa kemudian berbaris maju ke depan, menyerahkan hidup untuk melayani Tuhan. Haleluya.
Sungguh Tuhan hadir di tengah-tengah umat-Nya memberikan sukacita dan bahagia sorgawi. Kemuliaan hanya bagi Tuhan. Kebaktian ditutup dengan satu pesan agar semua yang hadir dapat kembali ke gereja masing-masing dan menjadi berkat di sana. KPPI diselenggarakan oleh GPPI Pondok Daud dan telah berlangsung dari tahun 1993.