Dalam suatu kecelakaan Eko Manaku mengalami patah tulang belakang. Insiden kecelakaan itu terjadi pada tanggal 3 Juli 2018 saat dia sedang menonton pertandingan sepak bola Piala Dunia bersama teman-temannya di Jayapura pada sekitar jam 10 malam. Setelah pertandingan selesai maka iapun pulang ke rumahnya. Saat ia pulang,  ia terjatuh dari gedung setinggi 3 meter. Ia berusaha naik ke atas tapi sulit sekali dan terasa sangat sakit. Tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa sampai ke jalanan agar ada yang bisa menemukan dan menolongnya. Pertolongan datang saat seorang teman kebetulan lewat. Ia memanggilnya dan meminta untuk segera dilarikan ke Rumah Sakit. Saat itu ia sudah tidak bisa menggerakkan tubuhnya, berjalan saja tidak sanggup lagi. Iapun diangkat dan dibawa dengan motor ke Rumah Sakit.

Setiba di Rumah Sakit ia merasa sangat kesakitan. Ia pun dirawat di Rumah Sakit tersebut. Kondisinya amat kesakitan. Untuk membalikkan tubuh ke kiri atau ke kanan tidak dapat dilakukannya karena terasa amat sakit. Ia juga tidak dapat melakukan buang air kecil maupun buang air besar (BAB). Ia hanya bisa menangis dan berdoa meminta pertolongan dari Tuhan.

Dokter memeriksa dan meminta agar tulang belakangnya dirontgen. Ia harus menjalani pemeriksaan intensif. Ada dua dokter yang menanganinya, dokter spesialis tulang dan dokter bedah. Mereka mengatakan bahwa tulang belakangnya patah. Itu sebabnya dia harus mendapat perawatan lebih intensif.

Kondisi tidak bisa kencing ataupun buang air besar sangat menyakitkan. Dia menangis setiap hari karena sangat ingin bisa kencing.  Selama dua minggu lebih dia hanya bisa berbaring tanpa bisa duduk atau berdiri.

Setelah hampir satu bulan dirawat di Rumah Sakit, dokter merujuk untuk dia dirawat di Rumah Sakit yang lebih lengkap peralatannya di luar Papua. Akhirnya mereka memilih sebuah Rumah Sakit di Jakarta. Puji Tuhan, akhirnya iapun berangkat ke Jakarta.

Setiba di Jakarta dia langsung ditangani dokter ortopedik. Saat diperiksa dinyatakan bahwa ada dua tulang yang patah di bagian tulang belakangnya. Dan untuk itu dia harus dioperasi. Jika tidak maka ia bisa lumpuh atau buta. Dia terus beriman bahwa Tuhan sanggup menyembuhkannya. Tuhan menjawab doa-doanya.

Dua orang hamba Tuhan datang mendoakannya, lalu mengundangnya bersama ibunya ke KPPI keesokan harinya.

Akhirnya dia menghadiri KPPI pada tanggal 23 Agustus 2018 dengan kondisi mengenakan rompi penyangga tubuh dan juga tongkat untuk berjalan.

Pada saat kebaktian ia sangat dikuatkan. Ia sangat menikmati ibadah yang berlangsung dan terus berdoa, menangis, minta Tuhan sembuhkan. Begitu juga kotbah yang disampaikan menguatkan hatinya bahwa  perlu iman untuk menerima kesembuhan. Saat melihat film kesembuhan di dalam hatinya ia terus beriman bahwa ia pun akan disembuhkan seperti yang ia saksikan dalam film.

Akhirnya semua yang sakit dipanggil maju untuk didoakan. Pada saat ia didoakan , ia merasa seperti ada air mengalir pada tulang belakangnya. Pada saat didoakan ia sendiri terus berdoa menangis minta ampun. Kemudian hamba Tuhan yang mendoakan minta dia duduk, satu hal yang dilarang dokter melakukannya. Ia sempat ragu tapi kemudian dengan iman ia duduk dan berdiri, berulang kali dilakukan, ia takjub karena tidak ada lagi rasa sakit. Ia sudah dapat melakukannya dengan normal.

Hari berikutnya dia memeriksakan diri ke dokter, dokter sangat terkejut melihatnya sudah bisa berjalan normal dan tidak lagi menggunakan rompi penyangga tubuh maupun tongkat. Ia sudah sembuh secara total. Tuhan sungguh ajaib.

Film kesaksian kesembuhannya dapat disaksikan di sini:

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *