Tiga tahun yang lalu, dia merasakan ada 3 benjolan di ketiak sebelah kirinya.
Lama kelamaan, ke 3 benjolan itu menimbulkan rasa sakit dan rasa sakitnya menjalar ke tangan dan payudaranya. Jika rasa sakitnya datang, dia hanya bisa menangis di kamar. Dia mengolesnya dengan minyak kayu putih, setelah itu dia akan tiduran di rumah. Jika rasa sakitnya datang ketika dia berada di sekolah, maka dia akan berhenti belajar dan hanya meletakkan kepalanya diatas meja belajar.
Pada awalnya, dia tidak menceritakan hal ini kepada orang tuanya. Dia hanya menyimpannya sendiri. Tapi, akhirnya dia menceritakannya kepada orang tuanya. Mereka suruh dia untuk berdoa dan dia terus berdoa.
Kemudian, dia memaksa orang tuanya untuk membawanya ke rumah sakit.
Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa dia sakit tumor jinak. Dokter memberikan obat. Jika tidak ada perubahan setelah minum obat tersebut, maka dia harus menjalani operasi.
Saat itu, dia sempat putus asa. Kenapa dia bisa mengalami sakit seperti ini. Dia hanya bisa menangis.
Dia minum obat yang diberikan dokter, tapi obat itupun tidak dihabiskannya. Bahkan, dia membuang obat itu karena merasa tidak ada gunanya minum obat jika tidak membuatnya sembuh.
Dia memutuskan untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Dia percaya Tuhan Yesus tidak meninggalkannya. Dia terus berdoa.
Melalu doa, Tuhan menjawab kerinduannya.
Pada 9 Oktober 2014, dalam acara KPPI dia merasakan Tuhan bekerja menjamah dan menyembuhkannya. Ke 3 benjolan di ketiak kirinya yang adalah tumor jinak hilang sama sekali. Haleluya !
Dia mengucap syukur dan berterimakasih atas kebaikan dan kemurahan Tuhan
yang sudah menyembuhkannya dari sakit tumor jinak.
Dia berjanji akan lebih setia dan sungguh – sungguh lagi melayani Tuhan sampai Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya.
Ya Tuhan, karena inilah hatiku mengharapkan Engkau; tenangkanlah rohku, buatlah aku sehat, buatlah aku sembuh ! (Yesaya 38 : 16).