Desama berasal dari kecamatan Gomo – kabupaten Nias Selatan yang terletak di pulau Nias propinsi Sumatra Utara.
Pada tahun 2014, dia pindah ke Tebing Tinggi – Sumatra Utara untuk melanjutkan pendidikan.
Pada hari Sabtu siang di bulan Juli 2017, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrak sepeda motor yang dinaiki oleh Desama dan temannya yang membuat Desama terlempar dari sepeda motor. Tubuhnya tergeletak di aspal jalan. Dia tidak sadarkan diri. Temannya segera membawanya ke rumah sakit di desa Pon, Tebing Tinggi dan memberitahukan tentang kecelakaan ini kepada kakak kandung Desama.
Desama dirawat di ruang ICU selama 1 minggu dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri. Dia sempat muntah sebagai pertanda bahwa dia mengalami gegar otak. Dokter membersihkan dan mengobati luka-luka pada lutut kiri dan kanan serta siku tangan kirinya. Pelipis kiri, bibir kiri atas dan ujung mata kirinya yang robek harus dijahit. Total ada 35 jahitan. Beberapa buah gigi bawahnya copot dan gusi atasnya terdorong ke belakang. Dia sering meronta-ronta tanpa disadarinya, sehingga tangan dan kakinya harus diikat oleh petugas medis.
Setelah 3 minggu dia dirawat di rumah sakit, kakak kandungnya minta izin kepada dokter agar dia dirawat di rumah saja. Dokter mengizinkan hal ini, walaupun kondisinya belum pulih secara total.
Di rumah, kepalanya masih terasa pening. Dia masih tidak dapat mengingat apa-apa. Banyak perkataan yang diucapkannya yang tidak dia mengerti. Dia sering kabur dari rumah sehingga dia harus dijaga dan diawasi. Hal ini berlangsung selama 2 bulan lamanya sejak kecelakaan itu terjadi. Keluarganya merasa kasihan dan kuatir melihat kondisi Desama. Mereka berdoa, supaya daya ingat Desama pulih.
Ketika daya ingatnya mulai pulih pada November 2017, dia mulai merasa sakit yang tidak tertahankan pada bagian belakang kepalanya. Jika rasa sakit datang, maka dia akan berteriak-teriak dan membenturkan kepalanya ke dinding. Untuk mengurangi rasa sakit, dia mencelupkan kepalanya kedalam bak mandi berisi air atau dia taruh kepalanya kebawah. Tetapi, semua usaha yang dilakukannya tidak membuat rasa sakit itu hilang. Malah dia sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Dia hanya bisa menangis dan berdoa memohon pertolongan Tuhan.
Pada Juli 2019, dia pindah ke Jakarta dan kuliah di STT IKSM Santosa Asih di Jakarta TImur.
Pada suatu hari, 2 orang hamba Tuhan dari tim KPPI datang ke STT IKSM Santosa Asih untuk memberikan undangan KPPI kepada Bpk Enos (kepala asrama). Beliau mengizinkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti acara KPPI.
Pada 21 November 2019, bersama dengan 70 mahasiswa STT IKSM Santosa Asih, dia datang ke KPPI dalam keadaan sakit pada kepala bagian belakang.
Ketika semua yang sakit diundang maju untuk didoakan, maka dia maju dan didoakan. Puji Tuhan ! Mujizat kesembuhan terjadi ! Tiba-tiba, rasa sakit pada bagian belakang kepalanya hilang sama sekali.
Sampai dengan hari ini, dia tetap sembuh. Haleluya !
Sembuhkanlah aku, ya Tuhan, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku ! (Yeremia 17 : 14)