Saya seorang Ibu rumah tangga dengan 3 orang anak. Pada bulan September 1994 awal mula saya mengalami sakit kanker payudara sebelah kiri. Saat itu saya sedang menyusui anak saya yang paling bungsu yang berusia 5 bulan yang mulai sedang belajar berjalan. Lalu anak saya saat sedang menyusu menggigit payudara saya. Saya merasakan kesakitan ! Ini semua terjadi sewaktu saya sedang berada di kampung halaman yaitu di Kupang, NTT bersama orang tua saya. Kebetulan bapak saya bekerja sebagai mantri di sebuah Puskesmas dekat rumah. Kemudian beliau memeriksa payudara saya dan ditemukan luka kecil yang berwarna merah. Sekitar 1 minggu kemudian, saya merasakan sakit yang saya alami bertambah sakit rasanya seperti ditusuk-tusuk dan badan saya terasa pegal-pegal. Lalu bapak saya memberikan suntikan 1 x untuk penghilang rasa sakit. Tapi dari hari ke sehari saya terus merasakan sakit “pada payudara saya.
Selama sebulan saya diberikan suntikan sebanyak 30 kali, yang disuntikkan setiap hari 1 kali. Setelah disuntik 30 kali, rasa sakitnya mulai hilang dan saya dapat bertahan tanpa perlu disuntik lagi. Sekitar 5 bulan harus disuntik kembali.
Sekitar tahun 1996, saya kembali ke Jakarta dan bekerja di sebuah salon kecil dekat rumah. Selama 5 bulan di Jakarta, rasa sakit pada payudara saya kembali muncul apalagi pada saat saya melakukan pekerjaan di salon, seperti gunting rambut atau lulur dan saya juga tidak dapat melakukan banyak pekerjaan di rumah seperti mencuci. Karena keluhan sakit yang saya rasakan itu terus menerus muncul, saya putuskan untuk berobat ke dokter praktek dan dinyatakan bahwa saya menderita sakit kanker payudara. Saya diberi 4 macam obat dan disuntik sama seperti pada waktu di kampung halaman di Kupang, NTT.
Setiap kali minum obat dan disuntik, rasa sakit pada payudara saya hilang, jika obat habis maka rasa sakit mulai timbul kembali. Lalu saya datang kembali ke dokter yang sama untuk diperiksa serta disuntik lagi. Sekitar 1 bulan lebih saya berobat ke dokter tersebut dengan biaya Rp. 20.000,- untuk 1 x suntik dan obat. Setelah berobat beberapakali, dokter menyarankan lebih baik saya menjalani operasi agar kankemya diangkat karena bila terus-menerus hanya diobati dengan suntik, saya tidak akan bertahan lama. Namun saya menolak dengan alasan saya takut di operasi.
Setelah beberapa bulan berlalu, saya memutuskan untuk pulang kembali ke kampung Selama sebulan disana, saya terus diobati dengan suntikan setiap hari 1 x oleh bapak saya- Hampir 1,5 tahun, saya telah bolak-balik Jakarta – Kupang, hanya untuk berobat dengan suntikan itu. Karena terlalu banyak biaya yang saya keluarkan untuk pulang pergi Jakarta – Kupang, saya memutuskan untuk kembali berobat di Jakarta saja.
Saya memeriksakan diri ke dokter yang berbeda. Hasil diagnosa sama yaitu bahwa saya menderita sakit kanker payudara. Saya diberi 4 macam obat dan disuntik dengan obat yang sama dengan minta nama obat suntik dari bapaknya seorang mantri. Dokter tersebut memberikan saran yang sama pula yaitu saya harus menjalani operasi. Keputusan saya pun tidak berubah saya tetap tidak mau dioperasi, saya berpikir biar saja saya diobati dengan suntikan. Hanya sebulan saya berobat ke dokter tersebut karena tidak lama dokter itu pindah praktek. Selama saya sakit ini saya merasa sangat pusus asa. Yang dapat saya lakukan hanya berdoa dan terus berusaha dengan berobat ke dokter, tanpa harus dioperasi.
Pada tahun 2003, saya bertemu dengan teman saya satu kampung, kebetulan dia bekerja sebagai bidan dan suaminya adalah anggota BRIMOB. Mereka tinggal tidak jauh dari rumah saya dan mempunyai seorang anak. Setiap hari anaknya dititipkan di rumah saya.Teman saya ini sangat baik, dia begitu prihatin melihat keadaan saya dan dia menolong pengobatan saya dengan memberikan suntikan secara gratis. Hampir 6 bulan saya berobat dengan teman saya.
Suatu kali suami teman saya yang bernama Bp. Bobby, mengajak saya datang ke sebuah acara kebaktian kesembuhan [KPPI] yang pernah dia ikuti. Saya tidak pernah sempat,menerima ajakan Bp. Bobby karena saya terus sibuk bekerja di salon untuk mencukupi biaya berobat.
Akhirnya, karena merasa tidak enak dengan teman saya satu kampung yang telah membantu pengobatan gratis (dia seorang bidan), saya memutuskan untuk berobat ke tempat lain. Beberapa kali saya berobat ke dokter dan bidan yang berbeda-beda dengan disuntik dan diberi obat. Keadaan tersebut dari tahun ke tahun semakin bertambah parah, meskipun banyak uang yang harus dikeluarkan, tapi penyakit saya belum juga kunjung sembuh.
Pada bulan November 2004, rasa sakit pada payudara mencapai puncaknya amat sangat sakit. Bukan hanya rasa sakit seperti ditusuk-tusuk, luka bekas gigitan mengeluarkan nanah bercampur darah selama 1 minggu dan seluruh badan pegal. Dari sekitar payudara hingga sampai ke bawah pinggang, di atas payudara sampai mendekati leher terlihat ada urat berwarna biru, seperti akar yang menjalar yang berpusat pada putting susu.
Saat itu saya hanya dapat istirahat total. Karena keadaan yang cukup parah saya minta untuk terus disuntik. Banyak barang yang ada di rumah, habis terjual untuk mencukupi biaya suntik dan menambah biaya operasi. Tetapi saya tidak tahu apa saya akan tetap bertahan.Akhirnya saya mulai menyerahkan pengasuhan 3 orang anak saya kepada adik saya dan keluarga lain yang ada di Kupang. Saya berpikir mungkin hidup saya tidak akan lama lagi. Setiap hari suami saya berdoa dan berlutut di samping tempat tidur saya.
Suatu hari Pada tanggal 04 Februari 2005, ada 2 orang hamba Tuhan datang ke rumah saya, mereka mengetahui rumah saya karena bertanya ke tetangga. Pada tanggal 10
Februari 2005, saya datang ke acara KPPI dalam keadaan sakit. Saya didoakan di lantai 2, tangan saya terasa pegal-pegal dan bila bernafas rasanya seperti ditusuk-tusuk.dan kepala terasa pusing sekali. Saya datang dengan penuh harapan mendapat kesembuhan dari Tuhan. Saat doa kesembuhan saya didoakan oleh hamba Tuhan, saya merasa legadan rasa sakkit yang saya lami mulai berkurang. Payudara sebelah kiri saya yang berwarma merah mulai hilang dan saya mulai bisa berjalan. Puji Tuhan…!
Pada tanggal 24 Februari 2005 kembali saya datang ke acara KPPI dengan berharap saya pasti disembuhkan. Saat puji-pujian yang berjudul : “Yesus, Yesus, Yesus, Ajaiblah KuasaMU. . . . . ….” dilantunkan, saya merasa ada yang terangkat dari tubuh saya, seperti ada yang terpotong. Saya kaget sekali dan saya langsung menangis Puji Tuhan.! Pada saat Firman Tuhan disampaikan iman saya semakin dibangkitkan bahwa kuasa bilur-bilur Yesus sanggup menyembuhkan sakit saya. Saat doa kesembuhan, saya maju dan didoakan oleh hamba Tuhan. Selesai didoakan saya memeriksa payudara saya yang berwarna hitam merah mulai hilang. Puji Tuhan ..l Sungguh aj aib Tuhan bagi saya.
Saya sangat bersyukur atas mujizat kesembuhan yang Tuhan berikan bagi saya. Saya telah menyaksikan kesembuhan yang saya alami kepada keluarga, tetangga dan kenalan