Saya seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak dan semuanya sudah berumah tangga dan tinggal di rumah mereka masing-masing. Suami saya adalah seorang pensiunan Angkatan Darat dan sudah meninggal dunia.

Sakit yang saya alami terjadi sejak 2 tahun lalu. Suatu hari rumah saya mendapat giliran menjadi tempat kebaktian persekutuan Rumah Tangga gereja saya. Saya senang sekali. Sehari sebelumnya saya sudah merapikan rumah. Dan pada hari ibadah, sejak pagi hari saya sudah sibuk memasak di dapur  menyiapkan hidangan bagi tamu-tamu nanti. Saya memasak dan membuat kue-kue sendiri karena memang tidak ada pembantu. Saya sibuk sendiri di dapur sampai lupa makan.

Salah satu anak saya, Rita, sepulang dari tempat kerjanya datang ke rumah untuk membantu saya. Setelah ibada selesai, bersama anak saya kami merapikan dan mencuci semua perabot yang telah dipakai.

Saat hendak beristirahat di malam harinya, saya merasakan badan saya tidak enak.  Kepala terasa pusing dan tidur  tidak terasa nyaman. Saya hanya berpikir bahwa saya kelelahan karena seharian bekerja keras di dapur.

Beberapa waktu kemudian, saya ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Namun saya sangat kaget karena saya melihat  air kencing saya berdarah seperti sedang datang bulan. Saya bertanya dalam hati,  “Masa saya mendapat haid di usia saya yang sudah 68 tahun?” Dalam dalam kondisi lemah, saya berteriak memanggil-manggil anak saya minta tolong. Anak saya segera datang dan kaget melihat apa terjadi.  Kemudian  saya dipapah ke kamar tidur. Saat itu darah terus mengalir sampai saya harus berkali-kali mengganti pembalut sampai tak terhitung jumlahnya. Karena begitu banyaknya darah keluar, akibatnya tubuh saya terasa lemas sekali.

Keesokan harinya, pada bulan Maret 2005, saya merasa tubuh saya sangat turun kondisinya dan wajah saya nampak sangat pucat.  Kemudian anak saya membawa saya berobat ke  salah satu Rumah Sakit di Jakarta Pusat.  Saya langsung dibawa ke ruang Unit Gawat Darurat [UGD]. Setelah itu saya diperiksa di bagian kebidanan. Setelah dokter memeriksa saya, dokter menyatakan bahwa saya bukan mengalami sakit pendarahan.

Saya dikembalikan ke ruang UGD dan ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam. Saat itu saya tidak bisa dirawat inap karena semua kamar penuh. Tindakan awal yang diambil oleh dokter yaitu menghentikan dulu pendarahan saya dengan cara memberi beberapa macam obat untuk diminum. Sesampai di rumah, saya hanya bisa berdoa dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Hanya Dia pengharapan dalam hidup saya.

Besok paginya, saya diantar kembali oleh anak saya  ke RS untuk menjalani pemeriksaan seperti : foto rontgen seluruh anggota tubuh dan USG. Dari hasil pemeriksaan foto rontgen seperti : paru-paru, jantung dan sebagainya, dokter menyatakan bagus dan tidak ada penyakit. Tetapi dari hasil USG, dokter mengatakan bahwa terdapat tiga tumor pada buli-buli saluran kantung kemih dan harus dioperasi dengan cara laser. Mendengar kata operasi, saya merasa begitu takut. Berkat dukungan semua anak-anak dan juga teman-teman gereja saya menjadi tenang.

Saya menunggu jadwal operasi selama 1 minggu di rumah. Pendarahan saya mulai berhenti tetapi tubuh saya masih terasa lemah dan saya tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa. Saya hanya terbaring saja dan sesekali duduk. Saat itu ada seorang hamba Tuhan dari KPPI datang ke rumah. Kira-kira setahun sebelumnya, pada tahun 2004, saya pernah datang ke KPPI dan sembuh dari sakit katarak. Maka ketika seorang hamba Tuhan dari KPPI kembali datang ke rumah, saya merasa sangat bersukacita. Ketika hamba Tuhan tersebut kembali mengundang dan mengajak saya datang ke KPPI, tanpa berpikir panjang saya langsung mengiyakan ajakannya.

Saya datang ke KPPI dalam kondisi pendarahan mulai berhenti tetapi tubuh saya masih lemah. Sepanjang kebaktian, saya memuji-muji Tuhan dengan penuh sukacita. Saat Firman Tuhan disampaikan, iman saya semakin dibangkitkan. Pada saat tantangan doa kesembuhan, saya maju untuk didoakan oleh seorang hamba Tuhan. Saya merasa seperti ada yang mengalir di seluruh tubuh. Saya percaya bahwa saya pasti sembuh.

Dua hari kemudian, saya kembali ke RS untuk menjalani rawat inap guna menghadapi persiapan operasi. Siang hari setelah bertemu dengan dokter, beliau mengatakan bahwa saya sudah harus mulai  berpuasa  di malam hari untuk menjalani operasi keesokan harinya yang dijadwalkan siang hari sekitar pkl. 14.00 WIB. Sekitar pkl. 10.00 WIB, saya mulai berganti baju operasi dan dibawa ke kamar operasi. Saya hanya bisa berdoa dan memohon Tuhan ikut campur tangan dalam operasi nantinya. Saya hanya dibius lokal pada  tubuh bagian bawah saja.

Sebelum melakukan operasi, tim dokter terlebih dahulu mengadakan pemeriksaan kembali pada tubuh saya. Setelah beberapa lama saya diperiksa, saya mendengar pembicaraan tim dokter bahwa tumor pada buli-buli kantung kemih saya dinyatakan sudah tidak ada lagi. Yang terlihat hanya bekas-bekasnya saja berupa warna kemerah-merahan dan itu harus dibersihkan. Akhirnya dokter menyatakan bahwa saya tidak jadi dioperasi. Luar biasa mujizat Tuhan.Tuhan Yesus telah menyembuhkan saya.

Saya sangat bersyukur atas mujizat kesembuhan yang Tuhan telah kerjakan dalam hidup saya. Dia sungguh sangat ajaib. Sekarang saya dapat beraktivitas kembali seperti semula.

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *